Selasa, 26 Maret 2013

CONTOH SUSUNAN UPACARA PEMBUKAAN



 



SUSUNAN UPACARA
pembukaan acara ldks osis smk negeri 1 kraksaan
periode 2012/2013


1.     Persiapan upacara pembukaan  latihan dasar kepemimpinan siswa SMK NEGERI 1 KRAKSAAN  periode 2012/2013 siap dimulai
2.     Pemimpin pasukan menyiapkan pasukannya
3.     Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara
4.     Penghormatan kepada pemimpin upacara di pimpin oleh pemimpin pasukan
5.     Laporan
6.     Pembina upacara memasuki lapangan upacara
7.     Penghormatan kepada pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara
8.     Laporan
9.     Amanat pembina upacara sekaligus membuka kegiatan  LDKS periode 2012/2013
10.  Penyematan tanda peserta oleh pembina upacara di ikuti oleh peserta upacara
11.  Menyanyikan  mars LDKS
12.  Pembacaan do’a
13.  Laporan
14.  Penghormatan  kepada pembina upacara dipimpin oleh pemimpin upacara
15.  Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara
16.  Penghormatan kepada pemimpin upacara di pimpin oleh pemimpin  pasukan
17.  Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara
18.   Upacara selesai
19.    Pengumuman-pengumuman
20.   Pemimpin pasukan membubarkan pasukannya


 Semoga bermanfaat :)

Senin, 25 Maret 2013

CANDI JABUNG di Paiton


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T kaarena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “ CANDI JABUNG WARISAN MAJAPAHIT”. Shalawat serta Salam kita haturkan kepada sang baginda Nabi Muhammad S.A.W karena beliaulah yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang menderang saat ini. Karya Tulis Ilmiah ini sengaja saya buat sebagai syarat untuk ikut Lomaba Karya Tulis Ilmiah dengan Tema “ Lawatan Sejarah” yang di adakan di Surabaya dan Karya Tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi tentang Candi Jabung yang ada di Kecamatan Paiton.
Saya sadar bahwa sepenuhnya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari Pengarahan dari Bapak  Jupri, untuk itu dengan segala kerendahan hati saya pada kesempatan ini, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jupri selaku guru sejarah yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan saya dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini, dan dapat memperkenalkan Candi Jabung kepada semua lapisan masyarakat yang ada di wilaya jawa timur sebagai tempat sejarah sekaligus untuk berwisata di Kota Kraksaan sehingga dengan di berikannya beberapa informasi tersebut dapat memotivasi kepada kaum pemuda untuk turut melestarikan tempat tersebut.


Kraksaan, 15 Februari 2013


           Penulis



BAB I
PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu tempat sejarah yang ada di Kabupaten Probolinggo, membuat saya untuk memperbanyak pengetahuan tentang Candi Jabung sebagai tempat sejarah dan wisata. Karena peradaban manusia yang didukung dengan  kecanggihan teknologi, membuat kaum pemuda banyak yang terlena dengan tempat-tempat yang menawarkan berbagai fasilitas dengan menyediakan beberapa alat elektronik, sehingga kaum pemuda enggan mendatangi  tempat yang bersejarah tersebut khususnya  Candi Jabung. Karena kaum pemuda adalah generasi bangsa, maka sebaiknya harus mengetahui apa yang terjadi di masa lampau dan melestarikan apa yang di tinggalkan oleh orang-orang terdahulu sehingga tempat tersebut tidak terlupakan dan rusak karena perkembangan zaman yang pesat .
RUMUSAN MASALAH
~ Bagaimana sejarah Candi Jabung
~ Apakah manfaat dari Candi Jabung
TUJUAN
Untuk mengetahui sejarah Candi Jabung dan memperkenalkan kepada semua lapisan masyarakat di jawa timur  bahwa tempat tersebut merupakan warisan budaya yang harus di lestarikan agar tidak terlupakan dan rusak karena perkembangan zaman.

BAB II
PEMBAHASAN CANDI JABUNG


 Pada abad ke-14 di kota Sumenep Madura berlangsung suatu pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh Raja Agus Abdullah dan didampingi oleh dua orang patih, yaitu Patih Abdurrahman dan Patih Abdurrahim.
Raja Agus Abdullah belum mempunyai istri sebagai permaisuri. Maka pada suatu saat Sang Raja memanggil kedua patihnya untuk diajak musyawarah tentang bagaimana mendapatkan seorang putri sebagai pendampingnya. Patih Abdurrahman berkenan memberikan saran bahwa Permaisuri yang cocok bagi Sang Raja adalah putri dari tanah Jawa. Ternyata saran dari Patih Abdurrahman diterima oleh Sang Baginda Raja Agus Abdullah. Tibalah saat yang baik, Baginda Raja Agus Abdullah mengajak kedua patihnya beserta prajuritnya yang tangguh berangkat ke tanah Jawa untuk mencari calon permaisuri.
Sementara itu dipulau Jawa sedang berkembang kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Maha Patih Gajah Mada. Dalam pertemuan agung dikerajaan Majapahit, Raja Hayam Wuruk memerintahkan kepada Ki Patih Gajah Mada untuk membangun candi di wilayah Jawa bagian timur.
Berangkatlah Patih Gajah Mada beserta prajurit yang berpengalaman dalam membuat candi dan menghadapi musuh bilamana perlu.
Perjalanan laskar Majapahit pimpinan Gajah Mada ke wilayah timur sampailah di suatu tempat yang cocok untuk beristirahat. Ternyata di tempat itu terdapat sebuah taman yang indah dan sejuk. Taman itu dijaga oleh jin yang dapat bicara seperti manusia. Maka terjadilah percakapan antara jin penjaga taman dan Patih Gajah Mada beserta prajuritnya.
Dalam percakapan itu Patih Gajah Mada ingin masuk dan mandi di kolam yang terdapat dalam taman itu. Namun maksud Ki Patih ditolak oleh Jin Penjaga Taman. Karena kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah, maka terjadilah pertempuran antara Laskar Majapahit pimpinan Gajah Mada dengan Jin Penjaga Taman.
            Dalam pertempuran itu Jin Penjaga Taman terdesak dan akhirnya dapat ditaklukkan oleh Gajah Mada, namun tidak dibunuh. Karena tidak dibunuh, Jin Penjaga Taman merasa berhutang budi pada Patih Gajah Mada.
Sebelum ia pergi, Jin itu berpesan pada Gajah Mada 'Hai Mada, manusia perkasa aku tahu kesaktian dan tujuannmu. Kamu diperintah rajamu membuat candi. Ketahuilah hai Mada, bahwa membuat candi itu tidak semudah yang kau bayangkan. Tidak mungkin kau kerjakan sendiri yang dapat membuat candi itu adalah bangsa halus yaitu bidadari putri dari kayangan.' Setelah menyampaikan pesan itu Jin Penjaga Taman meninggalkan Laskar Majapahit dan terbang ke angkasa.
Di kayangan, Bidadari Putri Kayangan bernama Dewi Nawang Sasi sedang menghadap Sang Bathara Indra ramandanya. Ia mohon pamit ingin ke bumi. Dewi Nawang Sasi diijinkan asal bersama dengan Dewi Nawang Sukma dan Nawang Seta. Berangkatlah ketiga bidadari itu turun ke bumi, dan sampailah di taman yang sejuk dan indah. Disitu, ketiga bidadari bertemu dengan Laskar Majapahit pimpinan Gajah Mada.

Gajah Mada tahu bahwa ketiga putri itu adalah bidadari dari kayangan. Gajah Mada ingat pesan Jin Penjaga Taman sebelum pergi. Maka diutarakannya maksud Gajah Mada ingin membangun candi dan minta bantuan kepada para bidadari. Para bidadari itupun menyanggupi permintaan Gajah Mada, dengan tiga macam syarat,antara lain:
1. Pembuatan candi ditetapkan pada malam Jum'at manis.
2. Saat pembuatan, bangsa kasar seperti manusia dilarang berada disekitar tempat pembuatan
    candi.
3. Setelah usai, hadiahnya harus sesuai dengan pekerjaan itu.
            Mengingat beratnya tugas yang diembannya, Gajah Mada menyanggupi ketiga syarat tersebut. Karena pembuatan candi tidak boleh dilihat manusia, maka Gajah Mada bersama prajurit mohon pamit pulang ke Majapahit.
Namun Gajah Mada berniat ingin mengintip bekerjanya para bidadari membuat candi. Pada malam Jum'at manis, pembuatan candi dimulai. Pekerjaan pertama dilakukan oleh Nawang Sasi dan Nawang Sukma, sedangkan Patih Gajah Mada dengan asyiknya mengintip. Namun apa hendak dikata, ulah Gajah Mada diketahui oleh Nawang Sasi dan Nawang Sukma.
            Pembuatan candi itu akhirnya digagalkan, karena itu candi tersebut dinamakan candi Wurung, yang sekarang masih ada di tengah sawah sebelah barat Jabung Sisir.
Patih Gajah Mada merasa cemas karena pembuatan candi itu gagal. Ia segera melanjutkan perjalanan pulang ke Majapahit. Mengetahui Patih Gajah Mada benar-benar pergi, Nawang Sasi dan Nawang Sukma melanjutkan membangun candi. Namun tidak ditempat pembuatan semula, ini dipindahkan kira-kira seribu kaki kearah timur. Pembuatan candi kali ini berjalan lancar karena dijaga ketat dan tidak ada manusia yang melihatnya.
Tiba saatnya Nawang Sasi menyerahkan candi itu kepada Patih Gajah Mada sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama. Gajah Mada menerima candi itu dan mengucapkan terima kasih. Selesai penyerahan candi Patih Gajah Mada melaporkan kepada Sang Raja Prabu Hayam Wuruk. Sang Prabu merasa bangga atas keberhasilaan pembuatan candi itu dan bermaksud untuk meninjau.
Maka berangkatlah Raja Hayam Wuruk beserta rombongan ke lokasi candi. Raja Hayam Wuruk tertegun dan kagum menyaksikan keindahan candi itu. Kemudian, oleh Sang Prabu, candi itu diberi nama 'Candi Mojopaito'. Setelah beberapa saat di lokasi candi, rombongan Prabu Hayam Wuruk kembali ke Majapahit.
Beberapa hari kemudian datanglah Raja Agus Abdullah dari Sumenep beserta pengiringnya dilokasi sekitar candi. Raja Agus Abdullah menuju kearah barat laut, dan sampailah di sebuah taman yang indah dan beristirahatlah di taman itu. Dalam taman itu terdapat sebuah kolam yang sebenarnya tempat mandi para bidadari. Raja Agus Abdullah bermaksud mandi di kolam itu. Belum sampai niatnya terpenuhi, ia dikejutkan oleh sapaan dua orang putri tiada lain Nawang Sasi dan Nawang Sukma, bidadari yang sedang mandi di kolam itu. Raja Agus Abdullah terpesona dengan kecantikan kedua putri itu. Sesuai dengan niatnya datang ke tanah Jawa untuk mencari istri. Oleh karena itu Raja Abdullah ingin mempersunting Nawang Sasi.
Berbagai upaya Sang Raja untuk dapat berkenalan dengan Nawang Sasi dan menyampaikan niatnya mempersunting Nawang Sasi untuk dijadikan permaisuri di keraton Sumenep. Raja Agus Abdullah menemui kesulitan, karena menurut Putri Nawang Sasi, ia tidak mungkin menjadi istri Raja Agus Abdullah, karena Putri Nawang Sasi adalah makhluk halus.
Namun godaan Raja Agus Abdullah kepada Putri Nawang Sasi semakin menjadi sehingga diketahui oleh Nawang Seta. Terjadilah pertempuran antara Raja dan Nawang Seta. Nawang Seta terbunuh, sedang Nawang Sasi dan Nawang Sukma melarikan diri terbang ke kayangan.
Sepeninggal Putri Nawang Seta, Raja bersemedi. Disaat bersemedi, Raja mendengar suara gaib 'Wahai cucu Prabu Agus Abdullah, engkau mempunyai cita-cita mulia, teruskan dan jangan putus asa! Ikuti petunjuk ini: pada waktu Putri Nawang Sasi mandi, curilah selendang sayapnya dan sembunyikan dibawah pohon pisang disebelah taman ini.'
Mendengar suara gaib, Sang Raja terbangun dari semedinya. Berkali-kali Sang Raja mengadakan pengintaian. Pada hari yang keempatpuluh yang ditunggupun muncul.
Putri Nawang Sasi dan Nawang Sukma mandi di kolam taman. Dengan mengendap-endap dicurinya selendang sayap kedua putri yang sedang mandi itu.
Setelah mandi kedua putri itu hendak mengenakan kembali selendang sayapnya, namun tidak ada. Mengetahui kedua putri itu menangis Raja mendekati dan bertanya. Raja mengakui bahwa selendang mereka ada padanya. Kedua putri itu merengek dan minta selendangnya. Namun raja tidak memberikan. Hingga Putri Nawang Sasi berkata 'Wahai Tuan Raja serahkan selendang adikku Nawang Sukma, aku bersedia hidup bersama Tuan Raja, dengan syarat apabila kelak dikaruniai keturunan, kembalikan selendangku.”
Akhirnya Raja Agus Abdullah menyetujui, dan kembalilah Nawang Sukma ke kayangan memberi tahu orang tuanya. Sepeninggal Nawang Seta Raja Agus Abdullah memperistri Nawang Sasi. Mereka menuju candi dan beristirahat. Dalam peristirahatannya, Putri Nawang Sasi adalah buatan putri. Maka disitulah tinggal hingga mempunyai keturunan dan diberi nama 'Singo Jabang'. Sesuai dengan janjinya, setelah punya keturunan Putri Nawang Sasi meminta kembali selendang sayapnya dan kembali terbang ke kayangan. Tinggal Raja Agus Abdullah bersama putranya yang bernama Singo Jabang.
Beberapa saat kemudian Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk bersama prajuritnya mengadakan kunjungan ke Candi Mojopaito untuk acara perawatan dan memperindah candi. Sampai di Candi Mojopaito, Prabu Hayam Wuruk bertemu dengan Raja Agus Abdullah. Masing-masing mempertahankan hak untuk memiliki candi itu. Menurut Raja Agus Abdullah candi itu miliknya karena yang membangun candi itu adalah istrinya yaitu Putri Nawang Sasi. Sedangkan menurut Prabu Hayam Wuruk candi itu milik Sang Prabu karena yang membangun adalah patihnya yaitu Gajah Mada.
Karena kedua belah pihak tidak mau mengalah, terjadilah pertempuran antara pasukan Raja Agus Abdullah dan pasukan dari Majapahit. Dalam pertempuran itu Raja Agus Abdullah terbunuh. Jenazahnya dimakamkan disekitar candi. Putra Raja Agus Abdullah yaitu Singo Jabang diselamatkan oleh ibunya yaitu Putri Nawang Sasi dan dibawa kekayangan. Dengan selamatnya Singo Jabang maka candi itu diberi nama Candi Jabang atau Candi Jabung.
LETAK CANDI
Candi jabung adalah candi peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Berjarak sekitar 5 km dari Kraksaan dan 500 meter dari pinggir dari pinggir jalan raya Surabaya – Situbondo. Dari arah Surabaya, petunjuk untuk menemukan lokasi candi adalah setelah kolam renang Jabung Tirta. 500 meter setelah kolam renang Jabung Tirta, di kana jalan terdapat jalan kecil. Ikuti saja jalan tersebut, dan 500 meter kemudian  tampak  bangunan candi .
BERDIRINYA CANDI JABUNG
Candi Jabung di bangun pada tahun 1354 Masehi, Pada masa kebesaran kerajaan Majapahit. Dalam kitab Negara Kertagama Candi Jabung di kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi.
DESKRIPSI CANDI
Candi Jabung dibuat dari bahan batu merah dengan ukuran, panjang = 3,11 m, lebar = 9,58 m dan tinggi = 15,58 m. Pada saat sebelum diadakan pemugaran candi berdiri pada sebidang tanah yang berukuran 35 x 40 m dan sekarang telah mendapatkan perluasan tambahan tanah hasil pengadaan seluas 20.042 m2. Candi Jabung terletak pada ketinggian 8 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan letak pintu bilik candi terletak disebelah barat, maka Candi Jabung tersebut menghadap ke barat. Pada sisi barat masih terlihat bagian yang menjorok ke depan merupakan bekas susunan tangga naik memasuki candi. Pada masa kolonial Belanda,  candi ini masih sering di gunakan sebagai tempat pemujaan masyarakat sekitar dengan meletakkan sesajen melalui tangga kayu yang dibuat sederhana.
Candi terdiri dari empat bagian, dari bagian terbawah; bagian batur, kaki, tubuh, dan atap candi.
v  Batur
Batur candi berukuran panjang 13,11 meter, lebar 9,58 meter di atas batur terdapat selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
  • Seorang pertapa memakai sorban berhadapan dengan muridnya.
  • Dua orang lelaki yang sedang berada di dekat sumur, salah seorang memegangi tali timba.
  • Diantara panil-panil terdapat panil berbentuk bulat menonjol semacam medalion dan relifnya di dalam medalion sudah aus.
  • Singa yang saling berhadapan.
v  Kaki candi
Pada dasarnya bentuknya segi empat, bagian barat atau depan terdapat bagian yang menjorok keluar atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik. Candi Jabung terdapat sebuah bilik segi empat dengan ukuran 1,30 x 1,30 meter tanpa terdapat pintu masuk untuk memasukinya. Bagian kaki candi dibagi atas dua bagian.
  1. Kaki candi tingkat pertama Dimulai dari lis di atas batur yang berbentuk agief (3,51 genta) dengan hiasan daun padina, kemudian lis datar dengan ketinggian kurang lebih 60 cm, di atas lis-lis terdapat bidang panil yang terdiri dari 30 lapis bata merah atau setinggi 12 meter pada bidang panil dipahatkan motif medalion. Bidang tegak dari ornamen daun-daunan yang kesemuanya sudah tidak begitu jelas karena aus. Pada bagian tegak umumnya di pahatkan lukisan manusia, binatang dan pohon-pohonan.
2.      Kaki candi tingkat kedua Bentuknya hampir sama dengan bagian kaki candi tingkat pertama, dimulai hiasan daun padma dan lis datar. Dibeberapa bagian terdapat bidang vertical selebar 50 cm berisi ukiran kala dan ornamen daun-daunan.

v  Tubuh candi

Bagian tubuh candi terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan, pada sudut tenggara terdapat relief yang menggambarkan wanita naik di punggung seekor ikan, relief ini dalam agama Hindu mengisahkan cerita pelepasan jiwa Sri Tanjung. Kisah ini melambangkan kesetian seorang perempuan pada suaminya. Relief Sri Tanjung juga terdapat di Candi Penataran di Blitar Candi Surawana di Kediri dan Gapura Bajangratu di Trowulan, Mojokerto. Pada bagian tengah tubuh candi melalui pintu tersebut terdapat bilik candi yang berukuran 2,60 x 2,58 meter dan tinggi 5,52 meter dan pada bagian atasnya terdapat batu penutup cungkup yang berukir. Setelah bagian dasar tubuh candi yang berbentuk persegi, diteruskan dengan tubuh candi berbentuk tabung (silinder) dihias relief dan ukiran yang indah dan halus pahatannya. Di atas gawang pintu dan relung di semua penjuru terpahat bentuk kala, di bagian bawah ambang pintu bentuknya segi empat menonjol keluar yang tengahnya dipahatkan kepala naga. Pada atas bingkai pintu ada balok batu kali terdapat pahatan roset ditengahnya bertuliskan angka tahun saka 1276 saka atau 1354 masehi merupakan bukti masa pembangunan candi Jabung.

v  Atap candi

Sebagian besar bagian atap candi sudah hilang. Dari sisa-sisanya kemungkinan besar puncaknya berbentuk stupa dan atapnya berhias motif sulur-suluran.


POTENSI WISATA
Tempat yang sejuk dan pemandangan yang indah membuat Candi Jabung menjadi tempat wisata pada liburan sekolah. Di lokasi Candi Jabung, Pengunjung bisa mengetahui sejarah Candi Jabung dari informasi yang terpampang di papan informasi di depan candi. Saat ini, tidak ada tarif resmi atau tiket masuk untuk mengunjungi candi.
Pengunjung yang datang bisa langsung masuk kehalaman candi setelah sebelumnya melapor kepada petugas yang menjaga lokasi candi dan mengisi buku tamu.
Di sekitar Candi Jabung banyak pohon maja dengan buahnya yang berwarna hijau, berukuran sebesar melon, dan rasanya yang pahit. Sayangnya pengunjung tidak boleh naik dan masuk ke bangunan candi. Hal tersebut di berlakukan agar candi tidak cepat rusak.



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Candi Jabung merupakan tempat sejarah yang harus di lestarikan agar generasi yang akan datang dapat melihat dan menikmati serta mengetahui sejarahnya. Dengan demikian, diharapkan para generasi muda tertarik untuk berkunjung dan menjaga warisan budaya yang di tinggalkan oleh orang terdahulu.
         
   SARAN
Candi Jabung jadikan sebagai tempat pembelajaran secara langsung tentang peninggalan sejarah yang ada di kecamatan Paiton, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Masyarakat Umum. Sehingga dapat menjalin sebuah kebersamaan tanpa memandang status dan dapat melestarikan Candi Jabung secara bersama.











DAFTAR PUSTAKA

www.perpustakaan.probolinggokab.go.id

hoax-quote.blogspot.com › Indonesia Tourism

wikipedia  bahasa indonesia

kraksaan update







Sabtu, 16 Maret 2013

KARYA TULIS ILMIAH > Warisan Sunan Ampel ( Surabaya)


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “ WARISAN SANG SUNAN MASJID SUNAN AMPEL”. Shalawat serta salam kita haturkan kepada sang baginda Nabi Muhammad S.A.W karena beliaulah yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang menderang saat ini. Karya Tulis Ilmiah ini sengaja saya buat sebagai hasil kegitan dari Lasejamur 2013  untuk dapat menuju lomba karya tulis  ke tingkat yang lebih tinggi. Karya Tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi tentang Masjid Sunan Ampel  yang ada di Semampir, Surabaya.
Saya sadar bahwa sepenuhnya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari Pengarahan dari Bapak Moch. Jupri,S.Fil.I , untuk itu dengan segala kerendahan hati saya pada kesempatan ini, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moch. Jupri,S.Fil.selaku guru sejarah yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Harapan saya dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini dapat memperkenalkan Masjid Sunan Ampel dan meningkatkan minat  kepada semua lapisan masyarakat yang ada di wilaya Jawa Timur untuk mengunjungi dan melestarikan masjid tersebut karena masjid Sunan Ampel merupakan tempat ibadaha yang bersejarah  sekaligus untuk berwisata di Surabaya. Sehingga dengan diberikannya beberapa informasi tersebut dapat meningkatkan rasa untuk melestarikan bersama.


Kraksaan, 7 Maret 2013


                                                                                                                           Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Surabaya merupakan ibu kota Jawa Timur yang memiliki berbagai sebutan, seperti kota pahlawan  serta Sura dan Baya. Sebutan Sura dan Baya didapat dari logo Surabaya yakni Sura merupakan Ikan Sura dan Baya adalah binatang buas yakni Buaya. Surabaya memiliki banyak tempat wisata religius dan salah satunya Masjid Sunan Ampel Surabaya.
Tempat religus merupakan tempat yang setiap hari diperuntukan sebagai tempat beribadah suatu agama, misalnya masjid. Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat yang beragama islam.
Tidak semua masyarakat Surabaya mengetahui akan potensi tempat yang bersejarah. Kebanyakan dari masyarakat tersebut  memberlakukan tempat ibadah sebagai tempat untuk berdo’a saja. Namun tempat ibadah seperti halnya Masjid Sunan Ampel bukan hanya untuk tempat ibadah akan tetapi bisa dijadikan sebagai tempat wisata religius karena memiliki nilai sejarah yang dapat menjadikan sebagai media pembelajaran bagi generasi muda, sehingga dengan pembelajaran diharapkan dapat memotivasi bagi semua lapisan masyarakat terutamanya bagi kaum pemuda untuk ikut turut serta melestarikan tempat tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Masjid Sunan Ampel ?
2.      Apa manfaat dari Masjid Sunan Ampel ?
3.      Apa saja yang menarik dari Masjid Sunan Ampel ?
1.3 Batasan Masalah
Tempat ibadah sekaligus tempat berwisata religius dalam rangka Lawatan sejarah jawatimur 2013.
1.4 Tujuan Pembuatan Karya Tulis Ilmiah
Untuk mengetahui sejarah Masjid Sunan Ampel dan memperkenalkan kepada semua lapisan masyarakat di Jawa Timur  bahwa tempat tersebut merupakan warisan budaya yang harus di lestarikan agar tidak terlupakan dan rusak karena perkembangan zaman. 
1.5  Manfaat Pembuatan Karya Tulis Ilamiah
            Manfaat yang didapat dari pembuatan karya tulis ilmiah ini untuk berbagai pihat sebagai berikut :
                        1.5.1 Manfaat bagi kota Surabaya
a)      Menjadi salah satu sebagai media promosi bagi objek-objek wisata religius terutama Masjid Sunan Ampel..
b)      Diharapkan dapat meningkatkan minat terhadap tempat wisata religius terutama Masjid Sunan Ampel.
1.5.2 Manfaat bagi masyarakat umum
a)      Memberi informasi kepada masyarakat umum tentang tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah dan sebagai informasi tentang  objek wisata religius seperti Masjid Sunan Ampel.
b)      Menambah pengetahuan tentang tempat berwisata sekaligus beribadah.
1.6 Metode Pengumpulan data Karya Tulis Ilamiah
            Pengumpulan data  karya tulis ilmiah melakukan dua metode yaitu :
            1.6.1.1 Literatur
                        Dengan  metode literatur, data diperoleh melalui media elektronik dan dari selembaran Sekilas Sejarah  yang di berikan oleh Narasumber ketika berkunjung ke tempat sejarah tersebut. Dari data tersebut saya kembangkan, namun tidak mengubah inti dan kebenarannya.
1.6.1.2 Wawancara
            Dengan metode wawancara, data di peroleh dari narasumber yang dapat dipercaya  dengan tempat sejarah yang  melalui paparannya dan sesi tanya jawab antara penanya dengan narasumber. Adapun nama narasumber yang saya maksud adalah Zeid Mohammad A. Khan. Beliau merupakan sekretaris dan Bidang Sejarah Masjid Sunan Ampel. Dari paparan beliau saya kembangkan, namun tidak lepas dari apa yang beliau sampaikan. 
           
1.7  Tinjauan Teoritis
            Masjid atau mesjid adalah tempat ibadah bagi umat yang beragama islam. Akar kata masjid adalah sajadah yang berarti sujud atau tunduk. Kata masjid berakar dari bahasa Arab. Kata masgid di temukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 sebelum Masehi. Kata masgid mepunyai arti tiang suci atau tempat sembahan. Selain itu, masjid merupakan tempat pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar umat islam, kajian islam, ceramah dan belajar Al Qur’an dilakukan di masjid. Bahkan dalam sejarah umat islam masjid turut memegang peranan penting dalam aktivitas sosial kemasyarakatan (“Masjid”, wikipedia ensklopedi bebas berbahasa Indonesia).


BAB II
PEMBAHASAN
MASJID  SUNAN AMPEL
                                                          SURABAYA 

1.1 SEJARAH  DAN DESKRIPSI MASJID AMPEL











Gambar : Masjid Sunan Ampel



1.1.1         SEJARAH MASJID
Sunan Ampel datang ke Indonesia pada tahun 1390 Masehi / 790 Hijriah dan beliau merupakan perintis pembangun kota Surabaya. Masjid Sunan Ampel di bangun oleh Sunan Ampel dan Mbah Shaleh serta para santrinya  pada tahun 1396 Masehi / 796 Hijriah. Masjid Sunan Ampel dibangun dengan nuansa arsitektur Jawa kuno dan Cina, menunjukkan betapa cintanya Sunan Ampel terhadap dua bangsa. Masjid Ampel menggunakan bahan kayu jati dari beberapa wilayah di Jatim. Dizamannya dulu, masjid ini merupakan tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau Jawa.
1.1.1    DESKRIPSI MASJID
Masjid Sunan Ampel dibangun diatas tanah dengan luas 120 x 180 meter. Masjid ini mempunyai 16 tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati dengan tinggi 17 meter dan diameter 60 centimeter. Di dalam masjid terdapat sumur. Arsitektur masjid bernuansa Jawa dan Cina. Masjid Sunan Ampel sudah tiga kali mengalami perluasan yakni tahun 1926, 1954, dan 1972. Kini, luas salah satu masjid tua di Indonesia itu mencapai 1.320 m2 dengan panjang 120 meter dan lebar 11 meter. Di sekeliling masjid terdapat 5 gapuro ( pintu gerbang). Bangunan lainnya yang juga menjadi ciri khas masjid sunan ampel adalah adanya menara yang menjulang tinggi setinggi 50 meter. Menara ini berfungsi sebagai tempat azan. Di sebelah menara tersebut terdapat sebuah kubah yang berbentuk pendopo jawa, dengan lambang sebuah ukiran mahkota yang berbentuk matahari, yang merupakan sebuah lambang dari kejayaan zaman kerajaan Majapahit.
                                              Gambar : Menara Masjid Sunan Ampel



1.2 ASAL MULA KATA SUNAN AMPE
                                  Gambar  : Sunan Ampel
Sunan Ampel sendiri merupakan salah satu wali songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sebagai guru besar agama Islam ia kemudian mendapat julukan “Suhun”. Dalam buku Javaansch-Nedherlansch Handwooenboek (1901) karya J.F.C Gerieke dan T.Roorda, disebutkan bahwa “Suhun” merupakan kata dasar dari Sunan. Nah, kemudian berubahlah panggilan suhun menjadi sunan. Karena menetap di Ampel, maka Raden Rahmat kemudian popular dengan sebutan “Sunan Ampel”.
Kata “wali”, berasal dari kalimat waliyullah atau wali Allah. Dalam tradisi Jawa, terutama kalangan orang-orang Islam, tulis Drs.H.Syamsudduha dalam Jejak Kanjeng Sunan (1999), “wali” tidak hanya sekedar sebutan, tetapi ada “roh” di dalamnya.
Sebutan wali tersebut tidak lepas dari Al Quran, seperti terdapat dalam Surat Yunus ayat 62-64. Ayat itu mempunyai makna wali Allah, ialah orang yang karena iman dan taqwanya tidak merasa takut, tidak mengenal sedih, selalu gembira atau senantiasa optimistik dalam perjuangan, karena yakin dengan janji Allah yang akan memberi kemenangan dan keberhasilan.
Perkembangan zaman dan semakin tumbuhnya kehidupan manusia, maka penyebaran Islam di Tanah Jawa semakin nyata. Sunan Ampel tidak lagi sendiri, tetapi ada delapan lagi penyebar agama Islam yang juga memperoleh gelar yang sama. Dari delapan orang yang bergelar Sunan, satu di antaranya dipanggil Syekh.
Sunan Ampel dengan tujuh Sunan dan satu Syekh ini disebut sebagai Wali yang sembilan atau Wali Songo. Mereka adalah Sunan Ampel di Surabaya, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Kudus di Kudus dan Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Nama kecil Sunan Ampel adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah, beliau berfigur sangat berwibawa, bijak dan alim dan oleh karenanya mendapatkan banyak simpati dari masyarakat yang pada saat itu masih beragama Hindu – Budha. Gelar raden tersebut di peroleh karena dia dianggap sebagai bangsawan dan perlu mendapat penghormatan. Bisa juga, karena dia sebelumnya bergelar asy-Syarif atau as-Syayyid yang merupakan ningrat Arab, tulis G.F.Pijper dalam “Beberapa Studi Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950” terjemahan Tudjimah dan Yessi Augusdin (1984).
Berdasarkan padanan itu, lalu disejajarkanlah Rahmat dengan keturunan raja-raja Jawa, dia diberi gelar raden. Dengan adanya gelar raden itu, ia tidak lagi menjadi orang asing di sini ( di Ampel).

1.3 ISTRI SUNAN AMPEL
Dalam perjalanannya menyiarkan agama islam, sunan ampel mempunyai istri yang berasal dari kerajaan Brawijaya. istri beliau tersebut merupakan cucu dari Prabu Wijaya. Nama istri sunan ampel adalah Nyai Condrowati. Awal pertemuan diantara mereka berdua terjadi ketika Sunan Ampel menyebarkan agama islam, di suatu tempat ada sebuah sayembara dimana bagi orang yang memenangkannya akan mendapat imbalan. Sang raja mengumumkan bahwa Barang siapa yang dapat menyembuhkan Nyai condrowati dari penyakitnya  “ jika  perempuan akan dijadikan  saudaranya dan jika laki-laki akan di jadikan suaminya”. tak ada seorangpun yang dapat menyembuhkannya melainkan Sunan Ampel. dari situlah mereka berdua menjalin sebuah hubungan, hingga pada akhirnya menikah. Dari hasil perkawinan, mereka mempunyai anak sebagai berikut :
1.      Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang
2.      Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
3.      Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
Siti Muthmainnah
Siti Hafsah

1.4 LETAK MASJID SUNAN AMPEL
Masjid Ampel terletak di Jalan KH. Mas Mansyur di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel) Kecamatan Semampir, Surabaya , Jawa Timur. Sekitar dua kilometer ke arah Timur Jembatan Merah.
1.5 MAKNA 16 TIANG PENYANGGA MASJID
Masjid Sunan Ampel mempunyai tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati . tinggi tiang tersebut 17 meter dan banyaknya 16 buah. Jumlah 16 tiang  tersebut mempunyai makna yakni 16 huruf dalam dalam kalimat syahadat, dan tiang tiang yang 17 meter mempunyai makna jumlah roka’at sholat fardhu dalam sehari semalam.
1.6 ATURAN UNTUK PENGUNJUNG
1.      pengunjung dilarang memotret makam sunan ampel, pengunjung hanya di perbolehkan memotret gapura yang bertuliskan “ MAKAM SUNAN AMPEL”
2.      bagi orang yang nonmuslim, dilarang memasuki masjid Sunan Ampel
3.      ketika pengunjung / peziarah ingin memasuki kawasan makam sunan ampel, pengunjung harus membuka alas kaki, agar tempat tersebut terjaga kebersihannya
4.      pemisahan rute peziarah laki-laki dengan wanita
5.      Tidak di perkenankan shalat di area pemakaman

            1.7 GAPURA DI SEKELILING MASJI


Ada lima gapura (pintu gerbang) yang terdapat di sekeliling masjid, yakni gapura Munggah, gapura poso ,gapura Ngamal , gapura Ngadep, dan gapura Paneksen.
1.      Dari arah selatan, tepatnya di Jalan Sasak terdapat pintu gerbang pertama yang bernama Gapuro Munggah. Gapura Munggah adalah simbol dari Rukun Islam yang kelima, yaitu Haji. di sekitar gapura ini banyak para pedagang yang menjajakan berbagai macam dagangan seperti, peci dan baju busana muslim.
2.      Gapura Poso (Puasa) yang terletak di sebelah selatan masjid. Gapura Poso memberikan suasana pada bulan Ramadhan. Setelah melewati Gapura Poso, kita akan masuk ke halaman masjid. Dari halaman ini tampak bangunan masjid yang megah dengan menara yang menjulang tinggi. Menara ini masih asli, sebagaimana dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke 14.
3.      Gapura Ngamal (Beramal). Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat. Disini orang dapat bersodaqoh, dimana hasil sodaqoh yang diperoleh dipergunakan untuk perawatan dan biaya kebersihan masjid dan makam.
4.      Gapura Madep yang letaknya persis di sebelah barat bangunan induk masjid. Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang kedua, yaitu sholat dengan mengadap (madep) ke arah kiblat.
   Gapuro Paneksen, merupakan simbol dari Rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat. Paneksen berarti ‘kesaksian‘, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Gapuro Paneksen merupakan pintu gerbang masuk ke makam.
      1.8 KOMPLEKS MAKAM
Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, memagari seluas 64 meter persegi. Makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih. Sebelum peziarah memasuki makam Sunan Ampel di gapura terdapat rute peziarah, rute tersebut memisahkan antara peziarah pria dan wanita. Di kompleks pemakaman masjid Sunan Ampel juga terdapat makam Mbah Bolong dan juga makam Mbah Sholeh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas membersihkan Masjid Sunan Ampel. Di dekat Makam Mbah Bolong terdapat 182 Makam Syuhada Haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974.


                        Gambar 6 : Makam Para Syuhada’ Haji

1.9 AIR SUMUR MASJID SUNAN AMPEL

Di dalam masjid terdapat sumur yang kini sudah ditutup dengan besi. Banyak yang meyakini air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah, yakni tidak surut meski musim kemarau. Banyak masyarakat yang minum dan mengambil untuk kemudian dibawa pulang. Memasuki area pemakaman, terdapat gentong-gentong berisi air yang berasal dari sumur tersebut untuk diminum oleh para pengunjung.





BAB III
PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Masjid Sunan Ampel merupakan tempat sejarah dan ibadah  yang harus di lestarikan dan menjaga bersama agar generasi yang akan datang dapat melihat dan menikmati serta mengetahui sejarahnya. Dengan demikian, diharapkan semua masyarakat terutama bagi para generasi muda tertarik untuk berkunjung dan menjaga warisan atau peninggalan yang di tinggalkan oleh orang terdahulu.

1.2  Saran
Masjid Sunan Ampel merupakan tempat ibadah yang mempunyai nilai sejarah dan dapat   dijadikan sebagai tempat pembelajaran secara langsung tentang peninggalan sejarah yang ada di kecamatan Semampir, Surabaya, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Masyarakat Umum. Sehingga dapat menjalin sebuah kebersamaan dan memperbanyak tali silaturrahmi tanpa memandang status dan dapat melestarikan Masjid Sunan Ampel secara bersama.


DAFTAR PUSTAKA




http://erawisata.com/makam-sunan-ampel/#sthash.K1pBrllK.dpuf








Demikian, sekilas tentang Masjid Sunan Ampel ( Surabaya) semoga bermanfaat bagi kita semua,
amiin, :)