KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T karena
atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
Berjudul “ WARISAN SANG SUNAN MASJID
SUNAN AMPEL”. Shalawat serta salam kita haturkan kepada sang baginda Nabi
Muhammad S.A.W karena beliaulah yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju
alam yang terang menderang saat ini. Karya Tulis Ilmiah ini sengaja saya buat
sebagai hasil kegitan dari Lasejamur 2013 untuk dapat menuju lomba karya tulis ke tingkat yang lebih tinggi. Karya Tulis
ilmiah ini dapat memberikan informasi tentang Masjid Sunan Ampel yang ada di Semampir, Surabaya.
Saya sadar bahwa sepenuhnya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari Pengarahan dari
Bapak Moch. Jupri,S.Fil.I , untuk itu dengan segala kerendahan hati saya pada
kesempatan ini, mengucapkan terima kasih kepada Bapak Moch. Jupri,S.Fil.selaku
guru sejarah yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Harapan saya dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memperkenalkan Masjid Sunan Ampel dan meningkatkan minat kepada semua lapisan masyarakat yang ada di
wilaya Jawa Timur untuk mengunjungi dan melestarikan masjid tersebut karena
masjid Sunan Ampel merupakan tempat ibadaha yang bersejarah sekaligus untuk berwisata di Surabaya.
Sehingga dengan diberikannya beberapa informasi tersebut dapat meningkatkan rasa
untuk melestarikan bersama.
Kraksaan, 7 Maret 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Surabaya
merupakan ibu kota Jawa Timur yang memiliki berbagai sebutan, seperti kota
pahlawan serta Sura dan Baya. Sebutan
Sura dan Baya didapat dari logo Surabaya yakni Sura merupakan Ikan Sura dan
Baya adalah binatang buas yakni Buaya. Surabaya memiliki banyak tempat wisata
religius dan salah satunya Masjid Sunan Ampel Surabaya.
Tempat
religus merupakan tempat yang setiap hari diperuntukan sebagai tempat beribadah
suatu agama, misalnya masjid. Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat yang
beragama islam.
Tidak
semua masyarakat Surabaya mengetahui akan potensi tempat yang bersejarah.
Kebanyakan dari masyarakat tersebut memberlakukan tempat ibadah sebagai tempat
untuk berdo’a saja. Namun tempat ibadah seperti halnya Masjid Sunan Ampel bukan
hanya untuk tempat ibadah akan tetapi bisa dijadikan sebagai tempat wisata
religius karena memiliki nilai sejarah yang dapat menjadikan sebagai media
pembelajaran bagi generasi muda, sehingga dengan pembelajaran diharapkan dapat
memotivasi bagi semua lapisan masyarakat terutamanya bagi kaum pemuda untuk
ikut turut serta melestarikan tempat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Masjid Sunan Ampel ?
2. Apa
manfaat dari Masjid Sunan Ampel ?
3. Apa
saja yang menarik dari Masjid Sunan Ampel ?
1.3 Batasan Masalah
Tempat
ibadah sekaligus tempat berwisata religius dalam rangka Lawatan sejarah
jawatimur 2013.
1.4
Tujuan Pembuatan Karya Tulis Ilmiah
Untuk mengetahui sejarah Masjid Sunan
Ampel dan memperkenalkan kepada semua lapisan masyarakat di Jawa Timur bahwa tempat tersebut merupakan warisan
budaya yang harus di lestarikan agar tidak terlupakan dan rusak karena
perkembangan zaman.
1.5 Manfaat
Pembuatan Karya Tulis Ilamiah
Manfaat yang didapat dari pembuatan
karya tulis ilmiah ini untuk berbagai pihat sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat bagi kota
Surabaya
a) Menjadi
salah satu sebagai media promosi bagi objek-objek wisata religius terutama
Masjid Sunan Ampel..
b) Diharapkan
dapat meningkatkan minat terhadap tempat wisata religius terutama Masjid Sunan
Ampel.
1.5.2
Manfaat bagi masyarakat umum
a) Memberi
informasi kepada masyarakat umum tentang tempat ibadah yang memiliki nilai
sejarah dan sebagai informasi tentang
objek wisata religius seperti Masjid Sunan Ampel.
b) Menambah
pengetahuan tentang tempat berwisata sekaligus beribadah.
1.6 Metode Pengumpulan data Karya
Tulis Ilamiah
Pengumpulan
data karya tulis ilmiah melakukan dua
metode yaitu :
1.6.1.1 Literatur
Dengan metode literatur, data diperoleh melalui
media elektronik dan dari selembaran Sekilas Sejarah yang di berikan oleh Narasumber ketika
berkunjung ke tempat sejarah tersebut. Dari data tersebut saya kembangkan,
namun tidak mengubah inti dan kebenarannya.
1.6.1.2
Wawancara
Dengan metode wawancara, data di
peroleh dari narasumber yang dapat dipercaya dengan tempat sejarah yang melalui paparannya dan sesi tanya jawab antara
penanya dengan narasumber. Adapun nama narasumber yang saya maksud adalah Zeid
Mohammad A. Khan. Beliau merupakan sekretaris dan Bidang Sejarah Masjid Sunan
Ampel. Dari paparan beliau saya kembangkan, namun tidak lepas dari apa yang
beliau sampaikan.
1.7 Tinjauan Teoritis
Masjid
atau mesjid adalah tempat ibadah bagi umat yang beragama islam. Akar kata
masjid adalah sajadah yang berarti
sujud atau tunduk. Kata masjid berakar dari bahasa Arab. Kata masgid di temukan dalam sebuah inskripsi
dari abad ke 5 sebelum Masehi. Kata masgid
mepunyai arti tiang suci atau tempat sembahan. Selain itu, masjid merupakan
tempat pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar
umat islam, kajian islam, ceramah dan belajar Al Qur’an dilakukan di masjid.
Bahkan dalam sejarah umat islam masjid turut memegang peranan penting dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan (“Masjid”, wikipedia
ensklopedi bebas berbahasa Indonesia).
BAB II
PEMBAHASAN
MASJID SUNAN AMPEL
SURABAYA
1.1 SEJARAH DAN DESKRIPSI MASJID AMPEL
Gambar : Masjid Sunan Ampel
1.1.1
SEJARAH MASJID
Sunan Ampel datang ke
Indonesia pada tahun 1390 Masehi / 790 Hijriah dan beliau merupakan perintis
pembangun kota Surabaya. Masjid Sunan Ampel di bangun oleh Sunan Ampel dan Mbah
Shaleh serta para santrinya pada tahun
1396 Masehi / 796 Hijriah. Masjid
Sunan Ampel dibangun dengan nuansa arsitektur Jawa kuno dan Cina, menunjukkan
betapa cintanya Sunan Ampel terhadap dua bangsa. Masjid Ampel menggunakan bahan kayu jati dari
beberapa wilayah di Jatim. Dizamannya dulu, masjid ini merupakan tempat
berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Jawa untuk
membicarakan ajaran Islam sekaligus membahas metode penyebarannya di Pulau
Jawa.
1.1.1
DESKRIPSI MASJID
Masjid Sunan
Ampel dibangun diatas tanah dengan luas 120 x 180 meter. Masjid ini mempunyai 16 tiang penyangga
yang terbuat dari kayu jati dengan tinggi 17 meter dan diameter 60
centimeter. Di dalam
masjid terdapat sumur. Arsitektur masjid bernuansa Jawa dan Cina. Masjid Sunan Ampel sudah tiga kali mengalami perluasan
yakni tahun 1926, 1954, dan 1972. Kini, luas salah satu masjid tua di Indonesia itu mencapai 1.320 m2
dengan panjang 120 meter dan lebar 11
meter. Di sekeliling masjid terdapat 5 gapuro ( pintu gerbang). Bangunan lainnya yang juga menjadi
ciri khas masjid sunan ampel
adalah adanya menara yang menjulang tinggi setinggi 50 meter. Menara ini
berfungsi sebagai tempat azan. Di sebelah menara tersebut terdapat sebuah kubah
yang berbentuk pendopo jawa, dengan lambang sebuah ukiran mahkota yang
berbentuk matahari, yang merupakan sebuah lambang dari kejayaan zaman kerajaan Majapahit.
Gambar : Menara Masjid Sunan Ampel
1.2 ASAL MULA KATA SUNAN AMPE
Gambar : Sunan Ampel
Sunan Ampel sendiri merupakan salah
satu wali songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sebagai
guru besar agama Islam ia kemudian mendapat julukan “Suhun”. Dalam
buku Javaansch-Nedherlansch Handwooenboek (1901) karya J.F.C Gerieke
dan T.Roorda, disebutkan bahwa “Suhun” merupakan kata dasar dari
Sunan. Nah, kemudian berubahlah panggilan suhun menjadi sunan. Karena menetap
di Ampel, maka Raden Rahmat kemudian popular dengan sebutan “Sunan Ampel”.
Kata “wali”, berasal dari kalimat waliyullah atau wali Allah.
Dalam tradisi Jawa, terutama kalangan orang-orang Islam, tulis
Drs.H.Syamsudduha dalam Jejak Kanjeng Sunan (1999), “wali” tidak hanya sekedar
sebutan, tetapi ada “roh” di dalamnya.
Sebutan wali tersebut tidak lepas
dari Al Quran, seperti terdapat dalam Surat Yunus ayat 62-64. Ayat itu mempunyai
makna wali Allah, ialah orang yang karena iman dan taqwanya tidak merasa takut,
tidak mengenal sedih, selalu gembira atau senantiasa optimistik dalam
perjuangan, karena yakin dengan janji Allah yang akan memberi kemenangan dan
keberhasilan.
Perkembangan
zaman dan semakin tumbuhnya kehidupan manusia, maka penyebaran Islam di Tanah
Jawa semakin nyata. Sunan Ampel tidak lagi sendiri, tetapi ada delapan lagi
penyebar agama Islam yang juga memperoleh gelar yang sama. Dari delapan orang
yang bergelar Sunan, satu di antaranya dipanggil Syekh.
Sunan Ampel dengan tujuh Sunan dan
satu Syekh ini disebut sebagai Wali yang sembilan atau Wali Songo. Mereka
adalah Sunan Ampel di Surabaya, Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di
Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Kalijaga di
Demak, Sunan Muria di Gunung Muria, Sunan Kudus di Kudus dan Sunan Gunung Jati
di Cirebon.
Nama kecil Sunan Ampel adalah Raden
Mohammad Ali Rahmatullah, beliau berfigur sangat berwibawa, bijak dan alim dan
oleh karenanya mendapatkan banyak simpati dari masyarakat yang pada saat itu
masih beragama Hindu – Budha. Gelar raden tersebut di peroleh karena dia
dianggap sebagai bangsawan dan perlu mendapat penghormatan. Bisa juga, karena
dia sebelumnya bergelar asy-Syarif atau as-Syayyid yang
merupakan ningrat Arab, tulis G.F.Pijper dalam “Beberapa Studi Sejarah Islam di
Indonesia 1900-1950” terjemahan Tudjimah dan Yessi Augusdin (1984).
Berdasarkan padanan itu, lalu disejajarkanlah Rahmat dengan
keturunan raja-raja Jawa, dia diberi gelar raden. Dengan adanya gelar raden
itu, ia tidak lagi menjadi orang asing di sini ( di Ampel).
1.3 ISTRI SUNAN AMPEL
Dalam perjalanannya menyiarkan agama
islam, sunan ampel mempunyai istri yang berasal dari kerajaan Brawijaya. istri
beliau tersebut merupakan cucu dari Prabu Wijaya. Nama istri sunan ampel adalah
Nyai Condrowati. Awal pertemuan diantara mereka berdua terjadi ketika Sunan
Ampel menyebarkan agama islam, di suatu tempat ada sebuah sayembara dimana bagi
orang yang memenangkannya akan mendapat imbalan. Sang raja mengumumkan bahwa
Barang siapa yang dapat menyembuhkan Nyai condrowati dari penyakitnya “ jika perempuan akan dijadikan saudaranya dan jika laki-laki akan di jadikan
suaminya”. tak ada seorangpun yang dapat menyembuhkannya melainkan Sunan Ampel.
dari situlah mereka berdua menjalin sebuah hubungan, hingga pada akhirnya
menikah. Dari hasil perkawinan, mereka mempunyai anak sebagai berikut :
3. Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/
Nyai Ageng Manyuran
Siti Muthmainnah
Siti
Hafsah
1.4
LETAK MASJID SUNAN AMPEL
Masjid
Ampel terletak di Jalan KH. Mas Mansyur
di Desa Ampel (sekarang Kelurahan
Ampel) Kecamatan Semampir, Surabaya , Jawa Timur. Sekitar dua kilometer ke arah
Timur Jembatan Merah.
1.5 MAKNA 16 TIANG PENYANGGA MASJID
Masjid Sunan Ampel mempunyai tiang penyangga yang
terbuat dari kayu jati . tinggi tiang tersebut 17 meter dan banyaknya 16 buah.
Jumlah 16 tiang tersebut mempunyai makna
yakni 16 huruf dalam dalam kalimat syahadat, dan tiang tiang yang 17 meter
mempunyai makna jumlah roka’at sholat fardhu dalam sehari semalam.
1.6 ATURAN UNTUK
PENGUNJUNG
1. pengunjung
dilarang memotret makam sunan ampel, pengunjung hanya di perbolehkan memotret
gapura yang bertuliskan “ MAKAM SUNAN AMPEL”
2. bagi
orang yang nonmuslim, dilarang memasuki masjid Sunan Ampel
3. ketika
pengunjung / peziarah ingin memasuki kawasan makam sunan ampel, pengunjung
harus membuka alas kaki, agar tempat tersebut terjaga kebersihannya
4. pemisahan
rute peziarah laki-laki dengan wanita
5. Tidak
di perkenankan shalat di area pemakaman
1.7 GAPURA DI
SEKELILING MASJI
Ada
lima gapura (pintu gerbang) yang terdapat di sekeliling masjid, yakni gapura
Munggah, gapura poso ,gapura Ngamal , gapura Ngadep, dan gapura Paneksen.
1.
Dari arah selatan, tepatnya di Jalan
Sasak terdapat pintu gerbang pertama yang bernama Gapuro Munggah. Gapura
Munggah adalah simbol dari Rukun Islam yang kelima, yaitu Haji. di sekitar gapura ini banyak para
pedagang yang menjajakan berbagai macam dagangan seperti, peci dan baju busana
muslim.
2.
Gapura Poso (Puasa) yang terletak di sebelah selatan masjid.
Gapura Poso
memberikan suasana pada bulan Ramadhan. Setelah melewati Gapura Poso, kita
akan masuk ke halaman masjid. Dari halaman ini tampak bangunan masjid yang
megah dengan menara yang menjulang tinggi. Menara ini masih asli, sebagaimana
dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke 14.
3.
Gapura Ngamal (Beramal). Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam
yang ketiga, yaitu zakat. Disini orang dapat bersodaqoh, dimana hasil sodaqoh
yang diperoleh dipergunakan untuk perawatan dan biaya kebersihan masjid dan
makam.
4.
Gapura Madep yang letaknya persis di sebelah barat bangunan
induk masjid. Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang kedua, yaitu sholat
dengan mengadap (madep) ke arah kiblat.
Gapuro
Paneksen, merupakan simbol dari Rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat.
Paneksen berarti ‘kesaksian‘, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Gapuro Paneksen merupakan pintu gerbang
masuk ke makam.
1.8 KOMPLEKS MAKAM
Kompleks makam
dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri
dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, memagari seluas 64 meter persegi. Makam Sunan Ampel dikelilingi
pasir putih. Sebelum peziarah memasuki makam Sunan Ampel di gapura
terdapat rute peziarah, rute tersebut memisahkan antara peziarah pria dan
wanita. Di kompleks pemakaman masjid Sunan Ampel
juga terdapat makam Mbah Bolong dan juga makam Mbah Sholeh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas membersihkan
Masjid Sunan Ampel. Di dekat Makam Mbah Bolong terdapat 182 Makam Syuhada’ Haji yang tewas dalam
musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember
1974.
Gambar
6 : Makam Para Syuhada’ Haji
1.9 AIR SUMUR MASJID SUNAN AMPEL
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Masjid Sunan Ampel
merupakan tempat sejarah dan ibadah yang
harus di lestarikan dan menjaga bersama agar generasi yang akan datang dapat
melihat dan menikmati serta mengetahui sejarahnya. Dengan demikian, diharapkan
semua masyarakat terutama bagi para generasi muda tertarik untuk berkunjung dan
menjaga warisan atau peninggalan yang di tinggalkan oleh orang terdahulu.
1.2 Saran
Masjid
Sunan Ampel merupakan tempat ibadah yang mempunyai nilai sejarah dan dapat dijadikan
sebagai tempat pembelajaran secara langsung tentang peninggalan sejarah yang
ada di kecamatan Semampir, Surabaya, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga
Masyarakat Umum. Sehingga dapat menjalin sebuah kebersamaan dan memperbanyak
tali silaturrahmi tanpa memandang status dan dapat melestarikan Masjid Sunan
Ampel secara bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Demikian, sekilas tentang Masjid Sunan Ampel ( Surabaya) semoga bermanfaat bagi kita semua,
amiin, :)
Mbak maaf saya Kopi paste.
BalasHapus